Saturday, February 2, 2019

Burung Murai Batu (Copsychus malabaricus)

Murai Batu (MB)


ilmukicau.blogspot.com

Burung Murai Batu atau nama latinnya Copsychus Malabaricus adalah jenis burung favorit para kicau mania, selain karena suaranya yang merdu burung ini juga memiliki bentuk fisik yang eksotis dengan ekor ekor panjang yang mempesona.

Banyak sekali jenis murai batu diindonesia, berikut beberapa spesies yang wajib kita tahu,

Murai batu medan, Bukit Lawang, Bohorok, kaki Gunung Leuser wilayah Sumatra Utara. Rata2 panjang ekor mencapai 27 – 30 cm.
Murai Aceh, di kaki Gunung Leuser wilayah Aceh. Rata2 panjang ekor mencapai 25 – 30 cm.
Murai batu Nias, Rata2 panjang ekor mencapai 20 – 25 cm. Ekor keseluruhan berwarna hitam.
Murai Jambi, hidup di Bengkulu, Sumatra Selatan, Jambi.
Murai batu Lampung, hidup di Krakatau, Lampung. Ukuran tubuh lebih besar dari Medan. Panjang ekor 15 – 20 cm.
Murai Banjar (Borneo),atau lebih dikenal dengan jenis Kalimantan, karena sering merajai berbagai lomba di Kalimantan. Penyebarannya di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Panjang ekor 10 – 12 cm.
Murai Palangka (Borneo), panjang ekor 15 – 18 cm. Hidup di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.
Larwo (Murai Jawa), hidup didaerah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Tubuh lebih kecil dari murai medan. Jenis ini sangat langka ditemukan. Panjang ekor 8 – 10 cm

ilmukicau.blogspot.com



 
 



Ciri jantan betina murai batu dewasa, untuk murai dengan sub-spesies yang sama dibedakan dengan bulu jantan lebih mengkilat. Hitamnya hitam pekat kebiruan (berkilau, nyamberlilin, seperti berhologram), sedangkan warna merahnya atau coklat, terlihat tajam kontras dengan warna di sebelahnya (hitam atau putih). untuk betina sebaliknya (lebih pudar)



TIPS MEMILIH MURAI BATU TANGKAPAN HUTAN

Beberapa yang perlu anda perhatikan dalam memilih adalah:

Mata: Hindari membeli murai batu yang pada matanya sudah kelihatan tanda katarak(mletis), yaitu selaput berwarna putih pada bola mata. Jika murai batu sudah katarak, resiko murai batu tersebut menjadi buta sangat tinggi sekali.

Ekor: Cari murai batu yang memiliki ekor rapat dan tidak terlalu tebal. Ekor yang seperti ini selain enak dipandang, juga akan membuat murai batu memainkan ekornya pada saat ditrek. Hindari juga membeli murai batu yang tidak punya ekor, karena kita tidak bakalan tahu bagaimana bentuk dan jenis ekor dari murai batu tersebut, jika ekornya sudah tumbuh kembali.

Bulu Dada: Kebanyakan murai batu memiliki bulu dada berwarna coklat, Tapi jika Anda mendapatkan murai batu dengan bulu dada cenderung berwarna kekuningan, maka itu rezeki Anda. Murai batu bakalan dengan warna bulu dada seperti ini, biasanya cepat berbunyi dan cepat juga jadi.

Usia: Jangan pernah menilai usia murai batu hanya berdasarkan pengamatan pada kaki, ini bisa menipu calon pembeli. Murai batu bakalan muda mempunyai tanda bulu yang masih berbintik cokelat di bagian sayap sebelah luar maupun sayap sebelah dalam.

Perilaku: Jika ada murai batu bakalan yang pada saat kita pegang dia menjerit kencang dan berusaha mematuk-matuk jari tangan, inilah murai batu dengan mental berani.

Bentuk paruh: Sebaiknya pilih bentuk paruh yang berpangkal lebar, tebal, besar dan panjang. Paruh bagian bawah harus lurus. Jangan memilih bahan yang memiliki paruh bengkok. Posisi lubang hidung pilih sedekat mungkin dengan posisi mata.

Bentuk kepala: Pilih yang berbentuk kotak, mata bulat besar dan melotot. Ini menandakan burung ini mempunyai mental tempur yang baik.

Postur badan: Pilihlah bahan yang berpostur sedang dengan panjang leher, badan dan ekor serta kaki yang serasi. Jangan memilih bahan yang berleher dan berbadan pendek.
Sayap mengepit rapat dan kaki mencengkram kuat, ini menandakan bahan tersebut sehat. Warna kaki tidak berpengaruh terhadap mental burung.
Lincah dan bernafsu makan besar. Ini merupakan ciri-ciri bahan yang bermental baik.
Panjang ekor yang serasi dengan postur badan. Pilihlah bentuk ekor yang sedikit lentur.
Leher panjang padat berisi. Menandakan burung ini akan mengeluarkan power suara secara maksimal.


Tips Perawatan Murai Batu

Murai batu bisa dipelihara dengan sangkar bulat maupun kotak. Untuk kotak ukuran kira2 50 x 50 x 75 cm sedangkan untuk bulat dengan diameter 50 cm atau 60 cm tergantung dari jenis murai batu yang kita pelihata apakah berekor panjang atau pendek. Sementara tenggeran atau tangkringan bisa dibuat dengan kayu asam diameter 1,3 cm; bisa berbentuk palang bersusun mapun leter T.
Untuk perawatan harian, murai batu tidak perlu dikerodng dan hanya dikerodong malam hari agar tidak kedinginan.

Pakan/makanan Murai Batu:

Makanan yang sesuai untuk murai batu

Voer (sebaiknya pilih yang berkadar protein sedang yaitu: 12%-18%). Belum tentu voer yang berharga mahal akan cocok dengan sistem metabolisme setiap burung murai batu. usahakan Voer selalu tersedia di dalam cepuknya. Selalu ganti dengan voer yang baru setiap dua hari sekali.
EF (Extra Fooding), pakan tambahan yang baik untuk burung murai batu yaitu: jangkrik, orong-orong, kroto, cacing, ulat hongkong, ulat bambu, kelabang, belalang dan lainnya. Pemberian EF harus selalu disesuaikan dengan karakter pada masing-masing burung dan juga harus mengetahui dengan pasti reaksi dari pemberiannya EF tersebut.

Perawatan dan setelan harian burung murai batu

kunci keberhasilan perawatan harian yaitu rutin dan konsisten.



Berikut tips perawatan harian dan setelan harian untuk burung murai batu:
 
ilmukicau.blogspot.com

Jam 07.00 burung diangin2kan. Jam 07.30 dimandikan (karamba mandi atau semprot, tergantung pada kebiasaan burung).
Bersihkan kandang harian. Ganti atau tambahkan voer dan air minum.
Berikan jangkrik 4 ekor pada cepuk. Jangan memberikan jangkrik secara langsung pada burung
Penjemuran dapat dilakukan selama 1-2 jam/hari mulai pukul 08.00-11.00. Selama penjemuran, sebaiknya burung tidak melihat burung sejenis.
Setelah dijemur, angin-anginkan kembali burung tersebut diteras selama 10 menit, lalu sangkar dikerodong jika akan dilakukan pemasteran. Jika tidak, pengerodongan tidak mutlak.
Siang hari sampai sore (jam 10.00-15.00) burung dapat dimaster dengan suara master atau burung-burung master.
Jam 15.30 burung diangin-anginkan kembali diteras, boleh dimandikan bila perlu. Berikan Jangkrik 2 ekor pada cepuk EF.
Jam 18.00 burung kembali dikerodong dan di perdengarkan suara master selama masa istirahat sampai pagi harinya.


Penting

Kroto diberikan 1 sendok makan minimal 2x seminggu. Contoh setiap hari Senin pagi dan hari Kamis pagi.
Pemberian cacing diberikan 1 ekor 1x seminggu. Contoh setiap hari Selasa pagi.
Pengumbaran di kandang umbaran dapat dilakukan 4 jam perhari selama 4 hari dalam seminggu (tidak wajib jika kandang yang kita gunakan sudah besar).
Berikan multivitamin yang dicampur pada air minum dua sampai tiga kali sepekan, sesuaikan dengan kondisi burung.

Penanganan burung murai batu over birahi

Salah satu ciri-ciri burung murai batu yang terlalu birahi (over birahi) antara lain: agresif, bulu mengkorok, nglowo (sayap turun), loncat2 dan mematuk ornamen sangkar.

Pangkas porsi Jangkrik menjadi 3 pagi dan 2 sore
Lakukan pengembunan (jam 05.30-06.00)
Berikan cacing 2 ekor
mandi dibuat lebih sering
penjemuran dikurangi menjadi 30 menit/hari saja

Penanganan murai batu kondisi drop

Tingkatkan porsi pemberian jangkrik menjadi 5 pagi dan 5 sore
Tingkatkan porsi pemberian kroto
Berikan klabang 2 ekor seminggu sekali
mandi dikurangi
Burung diisolasi, jangan melihat dan mendengar burung murai batu lain dahulu
Berikan multivitamin

+Penanganan burung murai batu untuk lomba

Perawatan lomba sebenarnya tidak jauh berbeda dengan perawatan harian. Tujuan perawatan pada tahap ini yaitu mempersiapkan burung agar mempunyai tingkat birahi yang diinginkan dan memiliki stamina yang stabil. Kunci perawatan lomba yaitu mengenal baik karakter dasar masing-masing burung.

Berikut ini pola perawatan dan setelan lomba untuk burung murai batu:

H-3 sebelum lomba, jangkrik dinaikkan menjadi 5 ekor pagi dan 4 ekor sore.
H-2 sebelum lomba, burung sebaiknya dijemur maksimal 30 menit.
1 Jam sebelum digantang lomba, burung dimandikan dan berikan jangkrik 3-5 ekor dan ulat hongkong 4-7 ekor.
Apabila burung akan turun lomba kembali, berikan jangkrik 2 ekor lagi.

Sebaiknya, mulai H-6 burung diisolasi. Jangan sampai melihat dan mendengar suara burung murai batu lain.

Perawatan dan setelan burung murai batu pasca lomba

Perawatan pasca lomba sebenarnya berfungsi memulihkan stamina dan mengembalikan kondisi fisik, dengan pola perawatan dan setelan:

Porsi EF dikembalikan ke setelan harian.
Berikan multivitamin pada air minum pada H+1 setelah lomba.
Sampai H+3 setelah lomba, penjemuran maksimal 30 menit.


TENTANG TROTOLAN MURAI BATU HASIL TANGKARAN

Di kalangan penangkar murai batu, terdapat dua model pengasuhan untuk membesarkan anakan-anakan yang baru menetas. Model  
pertama: pengasuhan diserahkan langsung kepada induknya. Model  
kedua: anakan diangkat dari sarang pada umur tertentu dan diloloh sendiri oleh penangkar.
Timbul pertanyaan, dari dua model pengasuhan itu, mana yang lebih bagus hasilnya? Atau, mana yang lebih cocok dan pas diterapkan?
Jawaban dari pertanyaan di atas, sebenarnya tidak musti baku karena masing-masing penangkar memiliki alasan-alasan tersendiri; mengapa lebih senang menerapkan model pertama, atau lebih cocok menerapkan model kedua. Nanti akan coba dipaparkan, apa saja keuntungan dan kerugiannya dalam penerapan masing-masing model itu.

 Model Pertama : Anakan Diasuh Induk
Keuntungan : 
  • Tidak membutuhkan waktu dan tenaga khusus meloloh sendiri anakan-anakan yang baru menetas. Model ini cocok bagi peternak yang berorientasi hobby atau kegiatan sampingan saja, bukan berorientasi bisnis.
  • Tidak terlalu membutuhkan perhatian khusus selama anakan diasuh induknya di dalam kandang penangkaran. Asalkan asupan makanan tersedia melimpah atau lebih dari cukup, kemungkinan besar anakan-anakan akan tumbuh sehat hingga siap dipanen.
  • Anakan-anakan yang langsung diasuh induknya, pertumbuhan badannya cenderung cepat bongsor.
Kerugian :
  • Anakan yang diasuh induknya, siap dipanen saat berumur antara 5 hingga 6 minggu. Ini jelas mempengaruhi tingkat produktifitas indukan. Dengan demikian, dalam 1 periode produksi, indukan butuh waktu sekitar 2 bulan (hitung-hitungannya seperti ini: 2 minggu masa pengeraman & penetasan + 6 minggu masa pengasuhan).  Jadi, dalam waktu 2 bulan sepasang indukan “hanya” menghasilkan 1 kali panenan.
  • Saat anakan berumur 12 hari, biasanya sudah mulai keluar sarang. Ini adalah masa yang paling rentan, karena anakan sudah mulai belajar terbang. Banyak kasus anakan patah kaki, terkilir, nabrak jeruji sangkar, atau malah mati karena terbang kesana kemari tanpa perhitungan.
  • Jika ada indikasi anakan kurang sehat, agak susah memberi obat atau tambahan multivitamin.
  • Anakan cenderung giras saat dipanen dan kita tempatkan di kandang soliter untuk pembesaran.
  • Setelah dipanen, masih butuh waktu sekitar seminggu hingga 2 minggu untuk mengajari anakan makan vor sendiri.    

Model Kedua : Anakan Diloloh Penangkar
Keuntungan : 
  • Anakan sudah bisa dipanen saat berusia 7 hari.
  • Keuntungan yang paling nyata adalah produktivitas indukan lebih tinggi, dengan durasi yang lebih pendek. Setiap bulan bisa menghasilkan 1 kali panenan (hitung-hitungannya seperti ini: 2 minggu masa pengeraman & penetasan + 1 minggu masa pengasuhan oleh induk). Biasanya, 1 minggu setelah anakan dipanen, induk betina mulai bertelor lagi.
  • Kemungkinan terjadinya insiden patah kaki, terkilir, atau mati kejepit bisa dieleminir karena sejak umur 7 hari anakan sudah dikondisikan dalam kandang soliter untuk pembesaran.
  • Mudah memantau perkembangan kesehatan dan pertumbuhan anakan dari hari ke hari. Jika ada anakan yang terindikasi kurang sehat, mudah memberikan obat atau multivitamin.
  • Sejak dini sudah diajari makan vor, sehingga saat umur 1,5 – 2 bulan anakan pada umumnya sudah bisa full makan vor sendiri.
  • Anakan tidak giras dan mudah beradaptasi karena sudah terbiasa dengan lingkungan manusia.
Kerugian :
  • Setiap 2 jam sekali anakan butuh diloloh, sehingga penangkar harus menyediakan waktu dan tenaga khusus untuk itu.
  • Membutuhkan perhatian lebih menyangkut pertumbuhan dan kesehatan anakan. Karena itu perlu disiapkan obat dan multivitamin pendukung untuk mengantisipasi jika terjadi penurunan kondisi anakan.
  • Anakan relatif lebih jinak. Padahal, ada murai mania yang lebih suka karakter yang giras (konon, murai giras lebih fighter saat bertarung dibandingkan murai jinak)



Sekarang berpulang kepada Anda sendiri. Di antara 2 model pengasuhan itu, mana yang paling cocok dan pas menurut Anda.
 
 
 

 
 
 
 
 
 
salam kicau mania

No comments:

Post a Comment

terima kasih, salam indonesian bird !!